Laman

Rabu, 09 Oktober 2013

Imunisasi



PENDAHULUAN

Sejak lahir setiap individu sudah dilengkapi dengan sistem pertahanan, sehingga tubuh dapat mempertahankan keutuhannya dari berbagai gangguan yang datang dari luar maupun dari dalam tubuh. Sistem imun dirancang untuk melindungi inang (host) dari patogen-patogen penginvasi dan untuk menghilangkan penyakit. Sistem imun diklasifikasikan sebagai sistem imun bawaan (innate immunity system) atau sering juga disebut respon/sistem nonspesifik serta sistem imun adaptif (adaptive immunity system) atau respon/sistem spesifik, bergantung pada derajat selektivitas mekanisme pertahanan. Sistem imun terbagi menjadi dua cabang: imunitas humoral, yang merupakan fungsi protektif imunisasi dapat ditemukan pada humor dan imunitas selular, yang fungsi protektifnya berkaitan dengan sel.
Imunologi adalah cabang ilmu biomedis yang berkaitan dengan respons organisme terhadap penolakan antigenic, pengenalan diri sendiri dan bukan dirinya, serta semua efek biologis, serologis dan kimia fisika fenomena imun.
Dalam menghadapi serangan benda asing yang dapat menimbulkan infeksi atau kerusakan jaringan, tubuh manusia dibekali sistem pertahanan untuk melindungi dirinya. Sistem pertahanan tubuh yang dikenal sebagai mekanisme imunitas alamiah ini, merupakan tipe pertahanan yang mempunyai spekt rum luas, yang artinya tidak hanya ditujukan kepada antigen yang spesifik. Selain itu, di dalam tubuh manusia juga ditemukan mekanisme imunitas yang didapat yang hanya diekspresikan dan dibangkit kan karena paparan antigen yang spesifik. Tipe yang terakhir ini, dapat dikelompokkan manjadi imunitas yang didapat secara aktif dan didapat secara pasif.
Berbagai bahan organik dan anorganik, baik yang hidup maupun yang mati, asal hewan, tumbuhan, jamur bakteri, virus, parasit, berbagai debu dalam polusi, uap, asap dan lain-lain iritan, ditemukan dalam lingkungan hidupdan kerja kita sehingga setiap saat bahan-bahan tersebut dapat masuk ke dalam tubuh dan menimbulkan berbagai penyakit bahkan kerusakan jaringan. Selain itu, sel badan yang menjadi tua dan sel yang bermut asi menjadi ganas, merupakan bahan yang tidak diingini dan perlu disingkirkan.
Lingkungan di sekitar manusia mengandung berbagai jenis unsur pathogen, misalnya bakteri, virus, fungus, protozoa dan parasit yang dapat menyebabkan infeksi pada manusia. Infeksi yang terjadi pada manusia normal umumnya singkat dan jarang meninggalkan kerusakan permanen. Hal ini disebabkan tubuh manusia memiliki suatu sistem yaitu sistem imun yang melindungi tubuh terhadap unsur-unsur patogen.
Respon imun seseorang terhadap terhadap unsur-unsur patogen sangat bergantung pada kemampuan system imun untuk mengenal molekul-molekul asing atau antigen yang terdapat pada permukaan unsur patogen dan kemampuan untuk melakukan reaksi yang tepat untuk menyingkirkan antigen.
Dalam pandangan sekarang, respon imun diperlukan untuk tiga hal, yaitu pertahanan, homeostatis dan pengawasan. Yang pertama ditujukan untuk infeksi mikroorganisme, yang kedua terhadap eliminasi kompone-komponen tubuh yang sudah tua dan yang ketiga dibutuhkan untuk menghancurkan sel-sel yang bermutasi terutama yang menjadi ganas. Dengan perkataan lain, respon imun dapat diartikan sebagai suatu sistem agar tubuh dapat mempertahankan keseimbangan antara lingkungan di luar dan di dalam badan. Di dalam makalah ini akan dijelaskan tentang sistem imun seluler dan respon imunologik terhadap bakteri anaerob dan jalur komplemen yang berperan.
Yang dimaksud dengan sistem imun adalah semua mekanisme yang digunakan badan untuk mempertahankan keutuhan tubuh sebagai perlindungan terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan berbagai bahan dalam lingkungan hidup.
Rangsangan terhadap sel-sel tersebut terjadi apabila ke dalam tubuh masuk suatu zat yang oleh sel atau jaringan t adi dianggap asing, yaitu yang disebut antigen. Sistem imun dapat membedakan zat asing (non-self) dari zat yang berasal dari tubuh sendiri (self). Dari beberapa keadaan patologik, sistem imun ini tidak dapat membedakan self dan non-self sehongga sel-sel dalam sist emimun membentuk zat anti t erhadap jaringan tubuhnya sendiri yang disebut autoantibodi. Bila sistem imun terpapar pada zat yang dianggap asing, maka ada dua jenis respon imun yang mungkin terjadi, yaitu respon imun nonspesifik dan respon imun spesifik.
Respon imun nonspesifik umumnya merupakan imunitas bawaan (innate immunity) dalam arti bahwa respon zat asing dapat terjadi walaupun tubuh sebelumnya tidak pernah terpapar pada zat tersebut, sedangkan respon imun spesifik merupakan respon didapat (acquired) yang timbul terhadap antigen tertentu, terhadap bagian tubuh mana yang terpapar sebelumnya. Perbedaan utama terhadap kedua jenis respon imun itu adalah dalam hal spesifisitas dan pembentukan memory terhadap antigen tertentu pada respon imun spesifik yang tidak terdapat pada respon imun nonspesifik. Namun telah dibuktikan pula bahwa kedua jenis respon di atas saling meningkatkan efekt ifitas dan bahwa respon imun yang terjadi sebenarnya merupakan interaksi antara satu komponen dengan komponen lain yang dapat terdapat di dalam sistem imun. Interaksi tersebut berlangsung bersama-sama sedemikian rupa sehingga menghasilkan suatu aktifasi biologik yang seirama dan serasi.
Sistem imun nonspesifik merupakan pertahanan tubuh terdepan dalam menghadapi mikroorganisme, oleh karena itu dapat memberikan respon langsung terhadap antigen, sedangkan sistem imun spesifik membutuhkan waktu untuk mengenal antigen terlebih dahulu sebelum dapat memberikan responnya.Respon imun nonspesifik. Salah satu upaya tubuh untuk mempertahankan diri terhadap masuknya antigen, misalnya antigen bakteri, adalah menghancurkan bakteri bersangkutan secara nonspesifik dengan proses fagositosis. Dalam hal ini leukosit yang termasuk fagosit memegang peranan peranan yang sangat penting, khususnya makrofag demikian pula neutrifil dan monosit. Supaya dapat terjadi fagositosis sel-sel fagosit tersebut harus berada dala jarak dekat dengan partikel bakteri, atau lebih tepat lagi bahwa partikel tersebut harus melekat pada permukaan fagosit . Untuk mencapai hal ini maka fagosit harus bergerak menuju sasaran.
Hal ini dimungkinkan berkat dilepaskannya zat atau mediator tertentu yang disebut factor leukotaktik atau kemotaktik yang berasal dari bakteri maupun yang dilepaskan oleh neutrofil atau makrofag yang sebelumnya telah berada di lokasi bakteri atau yang dilepaskan oleh komplemen. Selain factor kemotaktik yang menarik fagosit menuju antigen sasaran, untuk proses fagositosis selanjutnya bakteri perlu mengalami opsonisasi terlebih dahulu. Ini berarti bahwa bakteri terlebih dahulu dilapisi oleh immunoglobulin atau komplemen (C3b), agar supaya lebih mudah ditangkap oleh fagosit. Selanjutnya partikel bakteri masuk ke dalam sel dengan cara endositosis dan oleh pembentukan fagosom yang terperangkap dalam kantung fagosom seolah-olah ditelan untuk kemudian dihancurkan, baik dengan proses oksidasi-reduksi maupun oleh derajat keasaman yang ada dalam fagosit atau penghancuran oleh lisozim dan gangguan metabolisme bakteri.
Selain fagositosis, manifestasi respon imun nonspesifik yang lain adalah reaksi inflamasi. Sel-sel sistem imun tersebar di seluruh tubuh tetapi bila terjadi infeksi di satu tempat perlu memusat kan sel-sel sistem imun itu dan produk-produk yang dihasilkannya ke lokasi infeksi. Selama respon ini terjadi tiga proses penting, yaitu peningkatan aliran darah di area infeksi, peningkatan permeabilitas kapiler akibat retraksi sel-sel endotel yang mengakibatkan molekul-molekul besar dapat menembus dinding vaskuler, dan migrasi leukosit ke luar vaskuler. Reaksi ini terjadi akibat dilepaskannya mediator-mediator tertentu oleh beberapa jenis sel misalnya histamine yang dilepaskan oleh basofil dan mastosit, vasoactive amine yang dilepaskan oleh t rombosit, serta anafilat oksin berasal dari kompone- komponen komplemen yang merangsang penglepasan mediator-mediator oleh mastosit dan basofil sebagai reaksi umpan balik. Mediator-mediator ini antara lain merangsang bergeraknya sel-sel polimorfonuklear (PMN) menuju lokasi masuknya antigen serta meningkatkan permeabilitas dinding vaskuler yang mengakibatkan eksudasi protein plasma dan cairan. Gejala inilah yang disebut respon inflamasi akut .
Respon imun spesifik berbeda dengan sistem imun nonspesifik, sistem imun spesifik mempunyai kemampuan untuk mengenal benda yang dianggap asing bagi dirinya. Benda asing yang pertama kali muncul dalam badan segera dikenal oleh sistem imun spesifik sehingga terjadi sensitasi sel-sel sistem imun tersebut. Bila sel sistem imun tersebut berpapasan kembali dengan benda asing yang sama, maka benda asing yang terakhir ini akan dikenal lebih cepat, kemudian dihancurkan olehnya. Oleh karena sistem tersebut hanya dapat menghancurkan benda asing yang sudah dikenal sebelumnya, maka sistem ini disebut spesifik. Sist em imun spesifik dapat bekerja tanpa bantuan sistem imun nonspesifik untuk menghancurkan benda asing yang berbahaya bagi badan, tetapi pada umumnya terjalin kerjasama yang baik antara antibodi-komplemen-fagosit dan antara sel T-makrofag.
Sel-sel leukosit lain yang memegang peran penting dalam respon imun adalah limfosit , bahkan limfosit merupakan inti dalam proses respon imun spesifik karena sel-sel ini dapat mengenal setiap jenis anti gen, baik anti gen yang terdapat dalam intraseluler maupun ekstraseluler misalnya dalam cairan tubuh atau dalam darah. Antigen dapat berupa molekul yang berada pada permukaan unsure patogen atau dapat juga merupakan toksin yang diproduksi oleh pathogen bersangkutan. Sebenarnya ada beberapa subpopulasi limfosit-limfosit tetapi secara garis besar limfosit digolongkan dalam dua populasi yaitu limfosit T yang berfungsi dalam respon imun seluler dan limfosit B yang berfungsi dalam respon imun humoral.
Walaupun pada hakekatnya respon imun spesifik merupakan interaksi antara berbagai komponen dalam sistem imun secara bersama-sama, respon imun spesifik dibagi dalam tiga golongan, yaitu respon imun seluler, respon imun humoral dan interaksi antara respon imun seluler dan humoral. Di dalam makalah ini hanya akan dijelaskan tentang respon imun seluler yang merupakan bagian dari respon imun spesifik.





PEMBAHASAN

Observasi yang kami lakukan bertempat di jalan Raya Plered, di Rumah Bidan PleredDs. Plered Cirebon, Blok D, pukul 15.00-17.00 WIB. Bidan yang kami wawancarai bernama Bidan Suryati. Objek kajian yang dibahas mengenai masalah-masalah imunisasi.
Kekebalan selular adalah respon imun yang tidak mengikutsertakan antibodi, tetapi mengikutsertakan aktivasi makrofag, sel Natural killer (NK), sel T sitotoksik yang mengikat antigen tertentu, begitu sel diaktifkan maka sel imun akan berkomunikasi melalui sitokin dan kemokin. Sel-sel ini membunuh virus, bakteri dan sel asing yang lainnya dan dikeluarkannya berbagai sitokina sebagai respon terhadap antigen, dan mengaktifkan sistem komplmen. Sistem imun ini juga mengikut sertakan fagosit, dan makrofag.
Sitokin adalah molekul mirip hormon yang biasanya bekerja dengan cara perakrin untuk mengatur repon imun. Sitokin tidak saja dikeluarkan oleh limfosit dan makrofag tetapi juga oleh sel-sel endotel, neuron, sel glia, dan jenis sel lainnya. Sebagian dari efek sitokin juga memiliki efek sistemik seperti IL-1,IL-6 yang menyebabkan demam.
Superfamili lain dari sitokin adalah famili kemokin. Kemokin adalah zat yang menarik Neutrofil dan sel darah putih lain ketempat peradangan atau respon imun.
Imunitas seluler dirantai oleh limfosit T. Imunita ini bertanggung jawab untuk menimbulkkan reaksi alergi type lambat dan penolakan tandur jaringan asing. Sel T sitotoksik menyerang dan menghancurkan sel yang memiliki antigen yang mengaktifkan sel-sel tersebut.
Sel-Sel yang Berperan Pada Imunitas Selular. Adapun sel-sel yang berperan penting dalam iminitas selular adalah sebagai berikut :
1.    Fagosit
Meskipun berbagai sel didalam tubuh dapat menlakukan fagositosis, tetapi sel utama yang berperan dalam pertahanan nonspesifik adalah sel mononuklear (monosit dan makrofag) serta sel polimorfonuklear atau granulosit. Sel-sel ini berperan sebagai sel yang menangkap antigen kuman mengolah dan selanjutnya mempresentasikannya kepada sel T, yang sdikenal sebagai sel penyaji atau APC. Kedua sel tersebut berasal dari sel asal hemopoietik. Granulosit hidup pendek, mengandung granul yang berisikan enzim hidroloitik. Beberapa granul berisikan pula laktoferin yang bersifaat bakteri sidal.
Fagositosis yang efektif pada infasi kuman dini akan dapat mencegah timbulnya infeksi. Dalam kerjanya, sel fagosit juga berinteraksi dengan komplemen dansistem imun spesifik. Penghancuran kuman terjadi dalam beberapa tingkat sebagai berikut, kemotaksis, menangkap, memakan, fagositosis, memusnakan dan mencernah.
Semua fase, kecuali fase dau memerlukan tenaga dari fagosit, sedang mikroba menempel pada fagosit terjadi memlalui tenaga kimiawi antar reseptor dipermukaan sel dan bakteri atau molekul yang di ikatnya (misalnya komplenmen, antibodi). Mekanisme untuk fase lima dapat dibagi menjadi oksidatif atau nonoksidatif, tergantung perlu tidaknya sumber oksigen.
Kemotaksis adalah gerakan fagosit ketempat infeksi sebagai respon terhadap berbagaii fakktor seperti produk bakteri danteri dan faktor biokimiawi yang dilepas pada aktifasi komplemen.Jaringan yang rusak atau mati dapat pula melepas faktor kemotaktik. Sel palimorfonuklear bergerak cepat dan sudah berada ditempat infeksi selama dua sampai empat jam, sedang monosit bergerak lebih lambat dan memerlukan waktu tujuh sampai delapan jam untuk sampai ditempat tujuan.
Antibodi sama halnya dengan komplemen (C3b) dapat meningkatkan fagositosis (opsonisasi). Opsonin adalah molekul besar yang diikat permukaan mikroba dan dapat dikenal oleh reseptor permukaan netrofil dan makrofag, sehingga meningkatkan efesiensi fagositosis. Contoh-contoh opsonin adalah IgG yang dikenal Fcγ-R pada fagosit dan fragmen komplemen yang dikenal oleh reseptor komplemen tipe 1 (CR1, CD35) dan integrin Mac-1 pada leukosit.bodi seperti IgG yang dikenal Fcγ-R pada permukaan fagosit diikat oleh mikroba. Sinyal dari Fcγ-R meningkatkan fagositosis mikroba yang diopsonisasi dan mengaktifkan makrofag untuk menghancurkan mikroba.
Distruksi mikroba intra seluler terjadi oleh karena didalam sel fagosit, monosit dan polimorfonuklear, terdapat berbagai bahan antimikrobial seperti lisosom, hidrogen peroksida dan mieloperoksidase. Tungkat akhir fagositosis adalah pencernaan protein, polisakarida, lipid, dan asam nukleat di dalam sel oleh enzim lisosom. Sel polimorfonuklear lebih sering ditemukan pada imflamasi akut, sedang monosit pada imflamsi kronik.
2.    Makrofag
Makrofag merupakan hasil dari diferensiasi monosit yang berimigrasi kejaringan, makrofag ini akan terus hidup dalam jaringan sebagai makrofag residen. Sel kupffer merupakan makrofag dalam hati, histiosit dalam jaringan ikat,dll.
Makrofag dapat hidup lama, mempunai beberapa granul dan melepaskan beberapa bahan antara lain lisozim, komplemen, interferon dan sitokin yang semuanya memberikan kontribusi dalam pertahanan spesifik dan nonspesifik
.
3.    SelNatural killer (NK)
Sel NK berfungsi dalam imunitas nonspesifik terhadap virus dan sel tumor. Secara morfologis, sel NK merupakan limfosit besar dengan granul besar, ciri-cirinya yaitu memiliki benyak sekali sitoplasma, granul sitoplasma azurofilik, pseudopodia dan nukleus eksentris.
4.    Sel Mast
Sel mast berperan dalam reaksi alergi dan juga dalam pertahannan penjamu, jumlahnya mennurun pada sindrom imunodifisiensi. Sel mast juga berperan pada imunitas terhadap parasit dalam usus dan terhadap invasi bakteri.
5.    Sellimfosit T.
Sel T umumnya berperan dalam imflamasi, aktifasi makrofag dalam fagositosis, aktifasi dan proliferasi sel B dalam membentuk antibodi. Sel T juga berperan dalam pengenalan dan penghancuran sel yang terinfeksi virus.Terdapat tiga jenis sel utama yaitu, sel T sitotoksik, sel T penolong, sel T memori.
Fungsi imunitas seluler
1.    Mengorganisasirespons inflamasi nonspesifik :
Aktivasifungsi makrofag sebagai fagosit dan bakterisid, sertasel fagosit lainnya, prosessitolitik atau sitotoksik spesifik terhadap sasaran yang mengandung antigen.
2.    Meningkatkanfungsi sel B untuk memproduksi antibodi
3.    Meningkatkanfungsi subpopulasi limfosit T baik sel Th/penginduksi maupun sel Tc/sel supresor.
4.    Meregulasirespons imun dengan mengadakan regulasi negatif dan regulasi positif terhadap respons imun.
Peranan Imunitas Selular
1.    Penting melawan virus dan bakteri intra selular.
2.    Penting menginduksi imun memori.
3.    Memodulator respon imun.
Mekanisme Penghancuran Antigen Oleh Imunitas Selular
Di dalam fagolisosom, bahan yang ditelan akan dicerna enzim yang terkandung dalam granul lisosom. Isi granul lisosom diperlukan untuk memecah/mencerna bahan yang ditelan dan membunuh mikroba. Pembunuhan mikroba terjadi melalui proses yang oksigen indeoenden atau oksigen dependen.
Fagositosis adalah proses yang melibatkan pengenalan antigen,menelan, mencernah dan degradasi. Kerusakan dapat terjadi dalam salah satu fungsi tersebut dalam menghambat eliminasi antigen.
Adapun mekanisme kerja dari fagositosis meliputi: pengenalan dimana pertama kali antigen masuk kedalam tubuh maka sel yang pertama-tama mengenal adalah limfosit,dimana limfosit ini selanjutnya mengalami deferensiasi menjadi limfosit T dan limfosit B, diamana kedua sel ini memiliki peran yang berbeda terhadap antigen. Selanjutnya antigen akan berikatan dengan reseptor yang sesuai pada limfosit B, tetapi dalam pengikatan ini tidak akan sempurna selanjutnya limfosit B dibantu oleh limfosit T penolong. Pada sel T ini, antigen diambil oleh penyaji antigen dan dicerna sebagian. Fragmen peptida dari antigen tersebut disajikan kepada reseptor yang sesuai disel T, pada kedua kasus diatas, sel dirangsang untuk membelah, membentuk klon sel yang berespons terhadap antigen tersebut.
Setelah sel tersebut membelah maka selanjutnya sel-sel tersebut akan menangkap antigen yang telah dikenali kemudian dimasukan kedalam sel tepatnya di fagosom yang berfusi dengan lisosom selanjutnya membentuk fagolisosom yang berfungsi sebagai media pertempuran untuk degradasi mikroba. Dalam proses degradasi ini sel mengunakan perantara yakni enzim lisosom yang termasuk laktoferin lisosom defensin dan ROI termasuk anion superoksida hidrogen peroksida hidroksid radikal yang keduanya itu merupakan sitostatik, sitotoksik untuk mikroba sehingga terjadi destruksi.
Beberapa penyakit yang berhubungan dengan sistem kekebalan tubuh adalah
1.      Autoimunitas adalah kegagalan suatu organisme untuk mengenali bagian dari dirinya sendiri sebagai bagian dari dirinya, yang membuat respon kekebalan melawan sel dan jaringan miliknya sendiri. Beberapa penyakit yang dihasilkan dari kelainan respon kekebalan ini dinamakan penyakit autoimun. Kesalahan yang menyebabkan sistem kekebalan melawan suatu individu yang seharusnya dilindunginya bukanlah hal yang baru. Paul Ehrlich pada awal abad ke 20 mengajukan konsep horror autotoxicus, di mana jaringan suatu organisme dimakan oleh sistem kekebalannya sendiri. Semua respon autoimun dulunya dipercaya sebagai hal yang abnormal dan dikaitkan dengan suatu kelainan. Namun saat ini diketahui bahwa respon autoimun adalah bagian terpisah dari sistem kekebalan vertebrata, umumnya untuk mencegah terjadinya penyakit yang disebabkan oleh toleransi imunologikal terhadap antigen milik sendiri. Autoimunitas berbeda dengan aloimunitas.
Sistem imun atau sistem kekebalan tubuh seharusnya melindungi tubuh dari zat berbahaya dari virus, bakteri, racun, dan lainnya. Tapi bila sistem imun mengalami gangguan, justru akan menyerang dan menghancurkan jaringan tubuh yang sehat. Gangguan ini disebut gangguan atau penyakit autoimun. Gangguan autoimun adalah suatu kondisi yang terjadi ketika sistem kekebalan tubuh secara keliru menyerang dan menghancurkan jaringan sehat.
Normalnya, pasukan sistem kekebalan tubuh sel darah putih membantu melindungi tubuh terhadap zat berbahaya, yang disebut antigen.

2.      AIDS
AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh sejenis virus yang dikenali sebagai HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang menyebabkan kegagalan sistem imun tubuh ataupun kebolehan semula jadi tubuh untuk melawan penyakit.
AIDS melumpuhkan kemampuan tubuh untuk melawan penyakit (sistem imun tubuh). Ini kerana kuman HIV telah memusnahkan sel T CD4+ yang bertanggung jawab melawan penyakit yang disebabkan oleh kuman bakteria, virus dan lain-lain. AIDS bukanlah satu penyakit yang tersendiri. Dengan kegagalan sistem imun, penyakit AIDS lebih mudah terjangkit kepada :
- Pelbagai kuman, termasuklah yang tidak membahayakan manusia yang normal
   - Beberapa jenis kangker yang jarang-jarang berlaku
Penyebab bagi AIDS ialah HIV. HIV tidak dapat hidup di luar tubuh manusia dan hanya boleh dipindahkan apabila bendalir badan daripada individu yang telah dijangkiti memasuki ke dalam tubuh individu yang belum dijangkiti.
HIV berjangkit melalui pemindahan sebarang bendalir dari tubuh mereka yang telah dijangkiti kepada orang lain.










PENUTUP

Berdasarkan hasil observasi diatas, dengan narasumber Bidan Suryati, dimana Objek kajian yang dibahas mengenai masalah-masalah imunisasi maka dapat disimpulkan yaitu :
1.         Penting memusnahkan Ag intraselular
2.         Merusak sel yang sudah terinfeksi virus,dengan produksi interferon.
3.         Memusnahkan sel terinfeksi Ag intraselular
4.         T sitotoksik langsung memusnahkan virus
5.         Sel Th mengatur respon imun selular dan humoral
6.         Sel-sel yang paling berperan dalam imunitas selular adalah makrofeg, sel mast, sel NK, dan yang terpenting adalah limfosit T.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar