Ketika mendengar kata “Pesantren”,
disebagian masyarkat beranggapan
pesantren itu sebagai penjara, tempat disiksa, segala sesuatu dikerjakan dengan
sendiri, hanya ngaji, ngaji dan ngaji. Tidurnya betumpuk-tumpukan, makannya
bareng-bareng. Apasih pesantren tuh?buat apa kita mesantren. Toh disekeliling
rumah kita banyak tempat pengajian. Seabrek fikiran negatif tentang pesantren
dalam benak fikiran.
Dikalangan masyarakat, banyak yang
mengenal pesantren merupakan kelompok islam yang masih kaku dan tidak mengikuti
perkembngan zaman. Terlihat dari pakaian yang masih tertutup, ketika belajar
masih menggunakan sistem belajar dengan kitab kuning yang terkesan masih jadul
dan purba. Apalagi tahun lalu, terjadi bom bunuh diri di polresta Cirebon.
Orang tersebut terditeksi didikan dari pesantren.
Terlebih anak-anak remaja sekarang
lebih suka dengan yang berbau modern. Seperti labih sering jalan-jalan,
berpakaian minim, nongkrong, mengkuti trend tradisi barat tanpa filtrasi ,
menggunakan trend teknologi yang berlebihan. Ketika anak” usia SMP diminta
orang tuannya mesantren, namun anak itu berdalih “ buat pa mesantren, mesantren
itu katro, gak gaul, gaptek pula”. Maysa Allah miris sekali mendengarnya.
Namun sebenarnya pesatren tidaklah
seperti itu. Misalnya dibeberapa pesantren di di Cirebon, seperti pesantren
Ciwaringin, Kempek, Buntet, Gedongan dan lain sebagiannya. Dalam pengajarannya,
terdapat juga pelajaran-pelajaran umum tak hanya ngaji-ngaji aja. Akan tetapi
tetap kitab kuning sebagai acuannya. Bisa dikatakan, bahwa pesantren tersebut
merupakan pesantren salaf dan modern. Yakni memadukan sistem kitab kuning
dengan pengetahuan zaman sekarang. Juga terdapat fasilitas lain-lain yang ada
dalam pesantren seperti sarana & prasaranakomputer, perpustakaan sehingga
para santri pun tidak ketingglan zaman atau tidak mengenali IPTEK dengan tetap
menanamkan nilai-nilai pesatren memegang tradisi yang baik dan masih layak.
Meskipun
sistem pengajaran dalam pesantren tidak mempunyai kurikulum yang relavan,
tetapi ketika mengajarkan pak kiayi slalu memberikan penjelsan tentang
pengaplikasian di zaman sekarang atau fenomena yang berhubungan yang terjadi di
zaman ini.
Ketika mesantren pun, para santri juga bias
melaksanakn pendidikan formal . Maka pengetahuan jasmani dan rohani pun dapat
kita peroleh.
Pengalaman saya pribadi ketika mesantren, saya akui
ketika oaring tua meminta saya untuk mesantren awalnya saya menolak. Fikiran
negative tentang pesantren mencuat dalam benakku. Tetapi ketika sudah terjun
langsung (mesantren bacanya), woowww .
. Masya Allah sungguh luar biasa
nikmatnya. Banyak pengalaman yang saya dapatka. Mempunyai banyak teman di
berbagai daerah, tidak hanya dari Cirebon , tetapi dari bebagai kota lainya.
Dulu saya pernah berguru di pesanter Assa’adah Babakan Ciwaringin. Ketika masa
jadi santri memang dididik untuk mandiri. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan
teman-teman dekat pun membantu kita. Apabila kita sakit saling merawat antar
sesame. Apabila kita mengerti dengan pelajaran sekolah, bias menanykan kepada
teman ataupun kakak kelas. “ Malu Bertanya Sesat di Jalan”. Pepetah itu slalu
saya ingat.
Tidak saya pungkiri , rasa kangen kepada orang tua di
rumah slalu muncul. Di pesantren dilarang membawa handphone. Akan tetapi di
kantor kesekretariatan di sediakan handphone yang berguna untuk kepentingan
dengan keluarga saja. Jadi, jika rindu itu dataang, saya mengirim pesan
mealalui handphone pesantreh dan orang tua saya pun akan menelpon balik.
Sungguh senang . . walau hanya dari
handphone. Lalu u ceritakan keluh kesah ku. Ibu bpak pun menyemangati ku dari
luar sana.
Islam adalah agama rahmatalillalaminm untuk semua
makhluknya tanpa kelompok-kelopok tertentu. Tak selayaknya mersa paling benar
sendiridan saling menyalahkan golongan, mamarginalkan kaum lemah dan memandang
sebelah mata merupakan hal yang tidak patut untuk dilaksanakan. Semuanya harus
dirangkul.
Dalam waktu dekat ini ada sekelompok yang
mengatasnamakan agama dalam melakukan kekerasan. Mereka menganggap hal tersebut
sebagai bentuk jihad, padahal menurut Hj. Afwah Mumtaz jihad konteks sekarang
bukan jihad dalam bentuk peperanangn atau pengebiman. Menolong kaum dhuafa
meupakan konteks yang tepat untuk zaman sekarang.
Dari pengalaman dan fakta- fakta tersebut, selayaknya
masyarakat tidaklah menganggap bahwa
pesantren adalah lembaga ayang yang tidak mengikuti perkembangan zamandan
terisolasi. Hamper semua pesantren sudah mengembangkan diri bahkan maju karena
telah memadukan integritas islam & pengetahuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar