Laman

Rabu, 22 Agustus 2012

Pesantren Bukanlah Hal Yang Menakutkan


            Ketika mendengar kata “Pesantren”, disebagian  masyarkat beranggapan pesantren itu sebagai penjara, tempat disiksa, segala sesuatu dikerjakan dengan sendiri, hanya ngaji, ngaji dan ngaji. Tidurnya betumpuk-tumpukan, makannya bareng-bareng. Apasih pesantren tuh?buat apa kita mesantren. Toh disekeliling rumah kita banyak tempat pengajian. Seabrek fikiran negatif tentang pesantren dalam benak fikiran.
            Dikalangan masyarakat, banyak yang mengenal pesantren merupakan kelompok islam yang masih kaku dan tidak mengikuti perkembngan zaman. Terlihat dari pakaian yang masih tertutup, ketika belajar masih menggunakan sistem belajar dengan kitab kuning yang terkesan masih jadul dan purba. Apalagi tahun lalu, terjadi bom bunuh diri di polresta Cirebon. Orang tersebut terditeksi didikan dari pesantren.
            Terlebih anak-anak remaja sekarang lebih suka dengan yang berbau modern. Seperti labih sering jalan-jalan, berpakaian minim, nongkrong, mengkuti trend tradisi barat tanpa filtrasi , menggunakan trend teknologi yang berlebihan. Ketika anak” usia SMP diminta orang tuannya mesantren, namun anak itu berdalih “ buat pa mesantren, mesantren itu katro, gak gaul, gaptek pula”. Maysa Allah miris sekali mendengarnya.
            Namun sebenarnya pesatren tidaklah seperti itu. Misalnya dibeberapa pesantren di di Cirebon, seperti pesantren Ciwaringin, Kempek, Buntet, Gedongan dan lain sebagiannya. Dalam pengajarannya, terdapat juga pelajaran-pelajaran umum tak hanya ngaji-ngaji aja. Akan tetapi tetap kitab kuning sebagai acuannya. Bisa dikatakan, bahwa pesantren tersebut merupakan pesantren salaf dan modern. Yakni memadukan sistem kitab kuning dengan pengetahuan zaman sekarang. Juga terdapat fasilitas lain-lain yang ada dalam pesantren seperti sarana & prasaranakomputer, perpustakaan sehingga para santri pun tidak ketingglan zaman atau tidak mengenali IPTEK dengan tetap menanamkan nilai-nilai pesatren memegang tradisi yang baik dan masih layak.
            Meskipun sistem pengajaran dalam pesantren tidak mempunyai kurikulum yang relavan, tetapi ketika mengajarkan pak kiayi slalu memberikan penjelsan tentang pengaplikasian di zaman sekarang atau fenomena yang berhubungan yang terjadi di zaman ini.
Ketika mesantren pun, para santri juga bias melaksanakn pendidikan formal . Maka pengetahuan jasmani dan rohani pun dapat kita peroleh.
Pengalaman saya pribadi ketika mesantren, saya akui ketika oaring tua meminta saya untuk mesantren awalnya saya menolak. Fikiran negative tentang pesantren mencuat dalam benakku. Tetapi ketika sudah terjun langsung (mesantren bacanya), woowww  . .  Masya Allah sungguh luar biasa nikmatnya. Banyak pengalaman yang saya dapatka. Mempunyai banyak teman di berbagai daerah, tidak hanya dari Cirebon , tetapi dari bebagai kota lainya. Dulu saya pernah berguru di pesanter Assa’adah Babakan Ciwaringin. Ketika masa jadi santri memang dididik untuk mandiri. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan teman-teman dekat pun membantu kita. Apabila kita sakit saling merawat antar sesame. Apabila kita mengerti dengan pelajaran sekolah, bias menanykan kepada teman ataupun kakak kelas. “ Malu Bertanya Sesat di Jalan”. Pepetah itu slalu saya ingat.
Tidak saya pungkiri , rasa kangen kepada orang tua di rumah slalu muncul. Di pesantren dilarang membawa handphone. Akan tetapi di kantor kesekretariatan di sediakan handphone yang berguna untuk kepentingan dengan keluarga saja. Jadi, jika rindu itu dataang, saya mengirim pesan mealalui handphone pesantreh dan orang tua saya pun akan menelpon balik. Sungguh senang . .  walau hanya dari handphone. Lalu u ceritakan keluh kesah ku. Ibu bpak pun menyemangati ku dari luar sana.
Islam adalah agama rahmatalillalaminm untuk semua makhluknya tanpa kelompok-kelopok tertentu. Tak selayaknya mersa paling benar sendiridan saling menyalahkan golongan, mamarginalkan kaum lemah dan memandang sebelah mata merupakan hal yang tidak patut untuk dilaksanakan. Semuanya harus dirangkul.
Dalam waktu dekat ini ada sekelompok yang mengatasnamakan agama dalam melakukan kekerasan. Mereka menganggap hal tersebut sebagai bentuk jihad, padahal menurut Hj. Afwah Mumtaz jihad konteks sekarang bukan jihad dalam bentuk peperanangn atau pengebiman. Menolong kaum dhuafa meupakan konteks yang tepat untuk zaman sekarang.
Dari pengalaman dan fakta- fakta tersebut, selayaknya masyarakat tidaklah  menganggap bahwa pesantren adalah lembaga ayang yang tidak mengikuti perkembangan zamandan terisolasi. Hamper semua pesantren sudah mengembangkan diri bahkan maju karena telah memadukan integritas islam & pengetahuan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar