PENDAHULUAN
Sejak lahir setiap
individu sudah dilengkapi dengan sistem pertahanan, sehingga tubuh dapat
mempertahankan keutuhannya dari berbagai gangguan yang datang dari luar maupun
dari dalam tubuh. Sistem imun dirancang untuk melindungi inang (host) dari
patogen-patogen penginvasi dan untuk menghilangkan penyakit. Sistem imun
diklasifikasikan sebagai sistem imun bawaan (innate immunity system) atau
sering juga disebut respon/sistem nonspesifik serta sistem imun adaptif
(adaptive immunity system) atau respon/sistem spesifik, bergantung pada derajat
selektivitas mekanisme pertahanan. Sistem imun terbagi menjadi dua cabang:
imunitas humoral, yang merupakan fungsi protektif imunisasi dapat ditemukan
pada humor dan imunitas selular, yang fungsi protektifnya berkaitan dengan sel.
Imunologi adalah cabang
ilmu biomedis yang berkaitan dengan respons organisme terhadap penolakan
antigenic, pengenalan diri sendiri dan bukan dirinya, serta semua efek
biologis, serologis dan kimia fisika fenomena imun.
Dalam menghadapi
serangan benda asing yang dapat menimbulkan infeksi atau kerusakan jaringan,
tubuh manusia dibekali sistem pertahanan untuk melindungi dirinya. Sistem
pertahanan tubuh yang dikenal sebagai mekanisme imunitas alamiah ini, merupakan
tipe pertahanan yang mempunyai spekt rum luas, yang artinya tidak hanya
ditujukan kepada antigen yang spesifik. Selain itu, di dalam tubuh manusia juga
ditemukan mekanisme imunitas yang didapat yang hanya diekspresikan dan
dibangkit kan karena paparan antigen yang spesifik. Tipe yang terakhir ini,
dapat dikelompokkan manjadi imunitas yang didapat secara aktif dan didapat
secara pasif.
Berbagai bahan organik
dan anorganik, baik yang hidup maupun yang mati, asal hewan, tumbuhan, jamur
bakteri, virus, parasit, berbagai debu dalam polusi, uap, asap dan lain-lain
iritan, ditemukan dalam lingkungan hidupdan kerja kita sehingga setiap saat
bahan-bahan tersebut dapat masuk ke dalam tubuh dan menimbulkan berbagai
penyakit bahkan kerusakan jaringan. Selain itu, sel badan yang menjadi tua dan
sel yang bermut asi menjadi ganas, merupakan bahan yang tidak diingini dan
perlu disingkirkan.
Lingkungan di sekitar
manusia mengandung berbagai jenis unsur pathogen, misalnya bakteri, virus,
fungus, protozoa dan parasit yang dapat menyebabkan infeksi pada manusia.
Infeksi yang terjadi pada manusia normal umumnya singkat dan jarang
meninggalkan kerusakan permanen. Hal ini disebabkan tubuh manusia memiliki
suatu sistem yaitu sistem imun yang melindungi tubuh terhadap unsur-unsur
patogen.
Respon imun seseorang
terhadap terhadap unsur-unsur patogen sangat bergantung pada kemampuan system
imun untuk mengenal molekul-molekul asing atau antigen yang terdapat pada
permukaan unsur patogen dan kemampuan untuk melakukan reaksi yang tepat untuk
menyingkirkan antigen.
Dalam pandangan
sekarang, respon imun diperlukan untuk tiga hal, yaitu pertahanan, homeostatis
dan pengawasan. Yang pertama ditujukan untuk infeksi mikroorganisme, yang kedua
terhadap eliminasi kompone-komponen tubuh yang sudah tua dan yang ketiga
dibutuhkan untuk menghancurkan sel-sel yang bermutasi terutama yang menjadi
ganas. Dengan perkataan lain, respon imun dapat diartikan sebagai suatu sistem
agar tubuh dapat mempertahankan keseimbangan antara lingkungan di luar dan di
dalam badan. Di dalam makalah ini akan dijelaskan tentang sistem imun seluler
dan respon imunologik terhadap bakteri anaerob dan jalur komplemen yang
berperan.
Yang dimaksud dengan
sistem imun adalah semua mekanisme yang digunakan badan untuk mempertahankan
keutuhan tubuh sebagai perlindungan terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan
berbagai bahan dalam lingkungan hidup.
Rangsangan terhadap
sel-sel tersebut terjadi apabila ke dalam tubuh masuk suatu zat yang oleh sel
atau jaringan t adi dianggap asing, yaitu yang disebut antigen. Sistem imun
dapat membedakan zat asing (non-self) dari zat yang berasal dari tubuh sendiri
(self). Dari beberapa keadaan patologik, sistem imun ini tidak dapat membedakan
self dan non-self sehongga sel-sel dalam sist emimun membentuk zat anti t
erhadap jaringan tubuhnya sendiri yang disebut autoantibodi. Bila sistem imun
terpapar pada zat yang dianggap asing, maka ada dua jenis respon imun yang
mungkin terjadi, yaitu respon imun nonspesifik dan respon imun spesifik.
Respon imun nonspesifik
umumnya merupakan imunitas bawaan (innate immunity) dalam arti bahwa respon zat
asing dapat terjadi walaupun tubuh sebelumnya tidak pernah terpapar pada zat
tersebut, sedangkan respon imun spesifik merupakan respon didapat (acquired)
yang timbul terhadap antigen tertentu, terhadap bagian tubuh mana yang terpapar
sebelumnya. Perbedaan utama terhadap kedua jenis respon imun itu adalah dalam
hal spesifisitas dan pembentukan memory terhadap antigen tertentu pada respon
imun spesifik yang tidak terdapat pada respon imun nonspesifik. Namun telah
dibuktikan pula bahwa kedua jenis respon di atas saling meningkatkan efekt
ifitas dan bahwa respon imun yang terjadi sebenarnya merupakan interaksi antara
satu komponen dengan komponen lain yang dapat terdapat di dalam sistem imun.
Interaksi tersebut berlangsung bersama-sama sedemikian rupa sehingga
menghasilkan suatu aktifasi biologik yang seirama dan serasi.
Sistem imun nonspesifik
merupakan pertahanan tubuh terdepan dalam menghadapi mikroorganisme, oleh
karena itu dapat memberikan respon langsung terhadap antigen, sedangkan sistem
imun spesifik membutuhkan waktu untuk mengenal antigen terlebih dahulu sebelum
dapat memberikan responnya.Respon imun nonspesifik. Salah satu upaya tubuh
untuk mempertahankan diri terhadap masuknya antigen, misalnya antigen bakteri,
adalah menghancurkan bakteri bersangkutan secara nonspesifik dengan proses
fagositosis. Dalam hal ini leukosit yang termasuk fagosit memegang peranan peranan
yang sangat penting, khususnya makrofag demikian pula neutrifil dan monosit.
Supaya dapat terjadi fagositosis sel-sel fagosit tersebut harus berada dala
jarak dekat dengan partikel bakteri, atau lebih tepat lagi bahwa partikel
tersebut harus melekat pada permukaan fagosit . Untuk mencapai hal ini maka
fagosit harus bergerak menuju sasaran.
Hal ini dimungkinkan
berkat dilepaskannya zat atau mediator tertentu yang disebut factor leukotaktik
atau kemotaktik yang berasal dari bakteri maupun yang dilepaskan oleh neutrofil
atau makrofag yang sebelumnya telah berada di lokasi bakteri atau yang
dilepaskan oleh komplemen. Selain factor kemotaktik yang menarik fagosit menuju
antigen sasaran, untuk proses fagositosis selanjutnya bakteri perlu mengalami
opsonisasi terlebih dahulu. Ini berarti bahwa bakteri terlebih dahulu dilapisi
oleh immunoglobulin atau komplemen (C3b), agar supaya lebih mudah ditangkap
oleh fagosit. Selanjutnya partikel bakteri masuk ke dalam sel dengan cara
endositosis dan oleh pembentukan fagosom yang terperangkap dalam kantung
fagosom seolah-olah ditelan untuk kemudian dihancurkan, baik dengan proses
oksidasi-reduksi maupun oleh derajat keasaman yang ada dalam fagosit atau
penghancuran oleh lisozim dan gangguan metabolisme bakteri.
Selain fagositosis,
manifestasi respon imun nonspesifik yang lain adalah reaksi inflamasi. Sel-sel
sistem imun tersebar di seluruh tubuh tetapi bila terjadi infeksi di satu
tempat perlu memusat kan sel-sel sistem imun itu dan produk-produk yang
dihasilkannya ke lokasi infeksi. Selama respon ini terjadi tiga proses penting,
yaitu peningkatan aliran darah di area infeksi, peningkatan permeabilitas
kapiler akibat retraksi sel-sel endotel yang mengakibatkan molekul-molekul
besar dapat menembus dinding vaskuler, dan migrasi leukosit ke luar vaskuler.
Reaksi ini terjadi akibat dilepaskannya mediator-mediator tertentu oleh
beberapa jenis sel misalnya histamine yang dilepaskan oleh basofil dan
mastosit, vasoactive amine yang dilepaskan oleh t rombosit, serta anafilat
oksin berasal dari kompone- komponen komplemen yang merangsang penglepasan
mediator-mediator oleh mastosit dan basofil sebagai reaksi umpan balik.
Mediator-mediator ini antara lain merangsang bergeraknya sel-sel
polimorfonuklear (PMN) menuju lokasi masuknya antigen serta meningkatkan
permeabilitas dinding vaskuler yang mengakibatkan eksudasi protein plasma dan
cairan. Gejala inilah yang disebut respon inflamasi akut .
Respon imun spesifik
berbeda dengan sistem imun nonspesifik, sistem imun spesifik mempunyai
kemampuan untuk mengenal benda yang dianggap asing bagi dirinya. Benda asing
yang pertama kali muncul dalam badan segera dikenal oleh sistem imun spesifik
sehingga terjadi sensitasi sel-sel sistem imun tersebut. Bila sel sistem imun
tersebut berpapasan kembali dengan benda asing yang sama, maka benda asing yang
terakhir ini akan dikenal lebih cepat, kemudian dihancurkan olehnya. Oleh
karena sistem tersebut hanya dapat menghancurkan benda asing yang sudah dikenal
sebelumnya, maka sistem ini disebut spesifik. Sist em imun spesifik dapat
bekerja tanpa bantuan sistem imun nonspesifik untuk menghancurkan benda asing
yang berbahaya bagi badan, tetapi pada umumnya terjalin kerjasama yang baik
antara antibodi-komplemen-fagosit dan antara sel T-makrofag.
Sel-sel leukosit lain
yang memegang peran penting dalam respon imun adalah limfosit , bahkan limfosit
merupakan inti dalam proses respon imun spesifik karena sel-sel ini dapat
mengenal setiap jenis anti gen, baik anti gen yang terdapat dalam intraseluler
maupun ekstraseluler misalnya dalam cairan tubuh atau dalam darah. Antigen
dapat berupa molekul yang berada pada permukaan unsure patogen atau dapat juga
merupakan toksin yang diproduksi oleh pathogen bersangkutan. Sebenarnya ada
beberapa subpopulasi limfosit-limfosit tetapi secara garis besar limfosit
digolongkan dalam dua populasi yaitu limfosit T yang berfungsi dalam respon
imun seluler dan limfosit B yang berfungsi dalam respon imun humoral.
Walaupun pada
hakekatnya respon imun spesifik merupakan interaksi antara berbagai komponen
dalam sistem imun secara bersama-sama, respon imun spesifik dibagi dalam tiga
golongan, yaitu respon imun seluler, respon imun humoral dan interaksi antara
respon imun seluler dan humoral. Di dalam makalah ini hanya akan dijelaskan tentang
respon imun seluler yang merupakan bagian dari respon imun spesifik.
PEMBAHASAN
Observasi
yang kami lakukan bertempat di jalan Raya Plered, di Rumah Bidan PleredDs.
Plered Cirebon, Blok D, pukul 15.00-17.00 WIB. Bidan yang
kami wawancarai bernama Bidan Suryati. Objek
kajian yang dibahas mengenai masalah-masalah imunisasi.
Kekebalan selular
adalah respon imun yang tidak mengikutsertakan antibodi, tetapi
mengikutsertakan aktivasi makrofag, sel Natural killer (NK), sel T sitotoksik
yang mengikat antigen tertentu, begitu sel diaktifkan maka sel imun akan
berkomunikasi melalui sitokin dan kemokin. Sel-sel ini membunuh virus, bakteri
dan sel asing yang lainnya dan dikeluarkannya berbagai sitokina sebagai respon
terhadap antigen, dan mengaktifkan sistem komplmen. Sistem imun ini juga
mengikut sertakan fagosit, dan makrofag.
Sitokin adalah molekul
mirip hormon yang biasanya bekerja dengan cara perakrin untuk mengatur repon
imun. Sitokin tidak saja dikeluarkan oleh limfosit dan makrofag tetapi juga
oleh sel-sel endotel, neuron, sel glia, dan jenis sel lainnya. Sebagian dari
efek sitokin juga memiliki efek sistemik seperti IL-1,IL-6 yang menyebabkan
demam.
Superfamili lain dari
sitokin adalah famili kemokin. Kemokin adalah zat yang menarik Neutrofil dan
sel darah putih lain ketempat peradangan atau respon imun.
Imunitas seluler dirantai oleh limfosit T. Imunita ini bertanggung jawab untuk menimbulkkan reaksi alergi type lambat dan penolakan tandur jaringan asing. Sel T sitotoksik menyerang dan menghancurkan sel yang memiliki antigen yang mengaktifkan sel-sel tersebut.
Imunitas seluler dirantai oleh limfosit T. Imunita ini bertanggung jawab untuk menimbulkkan reaksi alergi type lambat dan penolakan tandur jaringan asing. Sel T sitotoksik menyerang dan menghancurkan sel yang memiliki antigen yang mengaktifkan sel-sel tersebut.
Sel-Sel yang Berperan
Pada Imunitas Selular. Adapun sel-sel yang
berperan penting dalam iminitas selular adalah sebagai berikut :
1. Fagosit
Meskipun berbagai sel
didalam tubuh dapat menlakukan fagositosis, tetapi sel utama yang berperan
dalam pertahanan nonspesifik adalah sel mononuklear (monosit dan makrofag)
serta sel polimorfonuklear atau granulosit. Sel-sel ini berperan sebagai sel
yang menangkap antigen kuman mengolah dan selanjutnya mempresentasikannya
kepada sel T, yang sdikenal sebagai sel penyaji atau APC. Kedua sel tersebut
berasal dari sel asal hemopoietik. Granulosit hidup pendek, mengandung granul
yang berisikan enzim hidroloitik. Beberapa granul berisikan pula laktoferin
yang bersifaat bakteri sidal.
Fagositosis yang
efektif pada infasi kuman dini akan dapat mencegah timbulnya infeksi. Dalam
kerjanya, sel fagosit juga berinteraksi dengan komplemen dansistem imun
spesifik. Penghancuran kuman terjadi dalam beberapa tingkat sebagai berikut,
kemotaksis, menangkap, memakan, fagositosis, memusnakan dan mencernah.
Semua fase, kecuali
fase dau memerlukan tenaga dari fagosit, sedang mikroba menempel pada fagosit
terjadi memlalui tenaga kimiawi antar reseptor dipermukaan sel dan bakteri atau
molekul yang di ikatnya (misalnya komplenmen, antibodi). Mekanisme untuk fase
lima dapat dibagi menjadi oksidatif atau nonoksidatif, tergantung perlu
tidaknya sumber oksigen.
Kemotaksis adalah gerakan
fagosit ketempat infeksi sebagai respon terhadap berbagaii fakktor seperti
produk bakteri danteri dan faktor biokimiawi yang dilepas pada aktifasi
komplemen.Jaringan yang rusak atau mati dapat pula melepas faktor kemotaktik.
Sel palimorfonuklear bergerak cepat dan sudah berada ditempat infeksi selama
dua sampai empat jam, sedang monosit bergerak lebih lambat dan memerlukan waktu
tujuh sampai delapan jam untuk sampai ditempat tujuan.
Antibodi sama halnya
dengan komplemen (C3b) dapat meningkatkan fagositosis (opsonisasi). Opsonin
adalah molekul besar yang diikat permukaan mikroba dan dapat dikenal oleh
reseptor permukaan netrofil dan makrofag, sehingga meningkatkan efesiensi
fagositosis. Contoh-contoh opsonin adalah IgG yang dikenal Fcγ-R pada fagosit dan
fragmen komplemen yang dikenal oleh reseptor komplemen tipe 1 (CR1, CD35) dan
integrin Mac-1 pada leukosit.bodi seperti IgG yang dikenal Fcγ-R pada permukaan
fagosit diikat oleh mikroba. Sinyal dari Fcγ-R meningkatkan fagositosis mikroba
yang diopsonisasi dan mengaktifkan makrofag untuk menghancurkan mikroba.
Distruksi mikroba intra
seluler terjadi oleh karena didalam sel fagosit, monosit dan polimorfonuklear,
terdapat berbagai bahan antimikrobial seperti lisosom, hidrogen peroksida dan
mieloperoksidase. Tungkat akhir fagositosis adalah pencernaan protein,
polisakarida, lipid, dan asam nukleat di dalam sel oleh enzim lisosom. Sel
polimorfonuklear lebih sering ditemukan pada imflamasi akut, sedang monosit
pada imflamsi kronik.
2. Makrofag
Makrofag merupakan hasil dari diferensiasi monosit
yang berimigrasi kejaringan, makrofag ini akan terus hidup dalam jaringan
sebagai makrofag residen. Sel kupffer merupakan makrofag dalam hati, histiosit
dalam jaringan ikat,dll.
Makrofag dapat hidup lama, mempunai beberapa granul dan melepaskan beberapa bahan antara lain lisozim, komplemen, interferon dan sitokin yang semuanya memberikan kontribusi dalam pertahanan spesifik dan nonspesifik.
Makrofag dapat hidup lama, mempunai beberapa granul dan melepaskan beberapa bahan antara lain lisozim, komplemen, interferon dan sitokin yang semuanya memberikan kontribusi dalam pertahanan spesifik dan nonspesifik.
3. SelNatural killer (NK)
Sel NK berfungsi dalam imunitas nonspesifik terhadap
virus dan sel tumor. Secara morfologis, sel NK merupakan limfosit besar dengan
granul besar, ciri-cirinya yaitu memiliki benyak sekali sitoplasma, granul
sitoplasma azurofilik, pseudopodia dan nukleus eksentris.
4. Sel Mast
Sel mast berperan dalam reaksi alergi dan juga dalam
pertahannan penjamu, jumlahnya mennurun pada sindrom imunodifisiensi. Sel mast
juga berperan pada imunitas terhadap parasit dalam usus dan terhadap invasi
bakteri.
5. Sellimfosit T.
Sel T umumnya berperan dalam imflamasi,
aktifasi makrofag dalam fagositosis, aktifasi dan proliferasi sel B dalam
membentuk antibodi. Sel T juga berperan dalam pengenalan dan penghancuran sel
yang terinfeksi virus.Terdapat tiga jenis sel utama yaitu, sel T sitotoksik,
sel T penolong, sel T memori.
Fungsi imunitas seluler
1.
Mengorganisasirespons
inflamasi nonspesifik :
Aktivasifungsi makrofag sebagai fagosit dan bakterisid, sertasel fagosit lainnya, prosessitolitik atau
sitotoksik spesifik terhadap sasaran yang mengandung antigen.
2.
Meningkatkanfungsi sel B
untuk memproduksi antibodi
3.
Meningkatkanfungsi
subpopulasi limfosit T baik sel Th/penginduksi maupun sel Tc/sel supresor.
4.
Meregulasirespons imun
dengan mengadakan regulasi negatif dan regulasi positif terhadap respons imun.
Peranan Imunitas
Selular
1.
Penting melawan virus
dan bakteri intra selular.
2.
Penting menginduksi
imun memori.
3.
Memodulator respon
imun.
Mekanisme Penghancuran
Antigen Oleh Imunitas Selular
Di dalam fagolisosom,
bahan yang ditelan akan dicerna enzim yang terkandung dalam granul lisosom. Isi
granul lisosom diperlukan untuk memecah/mencerna bahan yang ditelan dan
membunuh mikroba. Pembunuhan mikroba terjadi melalui proses yang oksigen indeoenden
atau oksigen dependen.
Fagositosis adalah
proses yang melibatkan pengenalan antigen,menelan, mencernah dan degradasi.
Kerusakan dapat terjadi dalam salah satu fungsi tersebut dalam menghambat
eliminasi antigen.
Adapun
mekanisme kerja dari fagositosis meliputi: pengenalan dimana pertama kali
antigen masuk kedalam tubuh maka sel yang pertama-tama mengenal adalah limfosit,dimana
limfosit ini selanjutnya mengalami deferensiasi menjadi limfosit T dan limfosit
B, diamana kedua sel ini memiliki peran yang berbeda terhadap antigen. Selanjutnya antigen akan berikatan dengan reseptor
yang sesuai pada limfosit B, tetapi dalam pengikatan ini tidak akan sempurna
selanjutnya limfosit B dibantu oleh limfosit T penolong. Pada sel T ini,
antigen diambil oleh penyaji antigen dan dicerna sebagian. Fragmen peptida dari
antigen tersebut disajikan kepada reseptor yang sesuai disel T, pada kedua
kasus diatas, sel dirangsang untuk membelah, membentuk klon sel yang berespons
terhadap antigen tersebut.
Setelah sel tersebut
membelah maka selanjutnya sel-sel tersebut akan menangkap antigen yang telah
dikenali kemudian dimasukan kedalam sel tepatnya di fagosom yang berfusi dengan
lisosom selanjutnya membentuk fagolisosom yang berfungsi sebagai media pertempuran
untuk degradasi mikroba. Dalam proses degradasi ini sel mengunakan perantara
yakni enzim lisosom yang termasuk laktoferin lisosom defensin dan ROI termasuk
anion superoksida hidrogen peroksida hidroksid radikal yang keduanya itu
merupakan sitostatik, sitotoksik untuk mikroba sehingga terjadi destruksi.
Beberapa
penyakit yang berhubungan dengan sistem kekebalan tubuh adalah
1. Autoimunitas
adalah kegagalan suatu organisme untuk
mengenali bagian dari dirinya sendiri sebagai bagian dari dirinya, yang membuat
respon
kekebalan melawan sel dan jaringan
miliknya sendiri. Beberapa penyakit yang dihasilkan dari kelainan respon
kekebalan ini dinamakan penyakit autoimun. Kesalahan yang menyebabkan sistem
kekebalan melawan suatu individu yang seharusnya dilindunginya bukanlah hal
yang baru. Paul Ehrlich pada
awal abad ke 20 mengajukan konsep horror
autotoxicus, di mana jaringan suatu
organisme dimakan oleh sistem kekebalannya sendiri. Semua respon autoimun
dulunya dipercaya sebagai hal yang abnormal dan dikaitkan dengan suatu
kelainan. Namun saat ini diketahui bahwa respon autoimun adalah bagian terpisah
dari sistem kekebalan vertebrata,
umumnya untuk mencegah terjadinya penyakit yang disebabkan oleh toleransi
imunologikal terhadap antigen milik sendiri. Autoimunitas berbeda dengan aloimunitas.
Sistem imun atau
sistem kekebalan tubuh seharusnya melindungi tubuh dari zat berbahaya dari
virus, bakteri, racun, dan lainnya. Tapi bila sistem imun mengalami gangguan, justru akan
menyerang dan menghancurkan jaringan tubuh yang sehat. Gangguan ini disebut
gangguan atau penyakit autoimun. Gangguan autoimun adalah suatu kondisi yang
terjadi ketika sistem kekebalan tubuh secara keliru menyerang dan menghancurkan
jaringan sehat.
Normalnya, pasukan sistem kekebalan tubuh sel darah putih
membantu melindungi tubuh terhadap zat berbahaya, yang disebut antigen.
2. AIDS
AIDS adalah
penyakit yang disebabkan oleh sejenis virus yang dikenali sebagai HIV (Human
Immunodeficiency Virus) yang menyebabkan kegagalan sistem imun tubuh ataupun
kebolehan semula jadi tubuh untuk melawan penyakit.
AIDS
melumpuhkan kemampuan tubuh untuk melawan penyakit (sistem imun tubuh). Ini
kerana kuman HIV telah memusnahkan sel T CD4+ yang bertanggung jawab melawan
penyakit yang disebabkan oleh kuman bakteria, virus dan lain-lain. AIDS
bukanlah satu penyakit yang tersendiri. Dengan kegagalan sistem imun, penyakit
AIDS lebih mudah terjangkit kepada :
- Pelbagai kuman,
termasuklah yang tidak membahayakan manusia yang normal
- Beberapa jenis kangker yang
jarang-jarang berlaku
Penyebab bagi
AIDS ialah HIV. HIV tidak dapat hidup di luar tubuh manusia dan hanya boleh
dipindahkan apabila bendalir badan daripada individu yang telah dijangkiti
memasuki ke dalam tubuh individu yang belum dijangkiti.
HIV berjangkit
melalui pemindahan sebarang bendalir dari tubuh mereka yang telah dijangkiti
kepada orang lain.
PENUTUP
Berdasarkan
hasil observasi diatas, dengan narasumber Bidan Suryati, dimana Objek kajian
yang dibahas mengenai masalah-masalah imunisasi maka dapat disimpulkan yaitu :
1.
Penting memusnahkan Ag
intraselular
2.
Merusak sel yang sudah
terinfeksi virus,dengan produksi interferon.
3.
Memusnahkan sel
terinfeksi Ag intraselular
4.
T sitotoksik langsung
memusnahkan virus
5.
Sel Th mengatur respon
imun selular dan humoral
6.
Sel-sel
yang paling berperan dalam imunitas selular adalah makrofeg, sel mast, sel NK,
dan yang terpenting adalah limfosit T.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar